(Bukan)
Salah Waktu karya Nastiti Denny, adalah sebuah Novel yang merupakan naskah terpilih sebagai pemenang
dalam lomba yang bertema Wanita Dalam Cerita yang diadakan oleh penerbit
Bentang Pustaka.
Awalnya gue berencana bakal nyelesaiin baca novel
tersebut dalam waktu seminggu, dengan pertimbangan baca sedikit demi sedikit biar
bisa cerna isi didalamnya. Tapi, ternyata rencana gue gagal.
Konflik didalamnya
memaksa gue untuk terus membaca hingga habis dalam waktu empat hari. Jauh lebih
cepat dari perkiraan gue sebelumnya. Itu juga masih penasaran saat gue coba
kasih jeda pas baca.
Dari judul: (Bukan) Salah Waktu, menurut gue
udah tepat. Apalagi dilengkapi dengan keterangan beberapa angka pada jam yang
diurut tidak semestinya, tetapi berserakan diluar bulatan jam, seolah ingin
menguatkan pernyataan pada judul bahwa bukan waktu lah yang salah.
Dari segi penokohan, sanggup bikin gue membayang-bayang sosok yang diceritakan sama penulisnya. Terutama karena ciri-ciri yang disampaikan sangat rinci. Meskipun pada akhirnya tokoh Sekar kurang jelas siapa sesungguhnya orang tua kandungnya, karena dia sendiri diadopsi oleh mama angkatnya dari sebuah rumah sakit. Entah atas dasar alasan apa orang tua kandungnya juga tidak dideskripsikan sama penulisnya. Meskipun dalam hal ini adalah hak penulis seuntuhnya, mau dibawa kemana arah cerita yang ingin disampaikannya.
Sementara Laras yang akhirnya pergi entah kemana, justru memberikan dampak baik terhadap Prabu karena berkas-berkas tentang Wira telah diserahkan semuanya. Apalagi setelah tau bahwa Wira adalah darah daging Prabu, yang dibuktikan melalui tes DNA. Seperti penuh rasa percaya, laras menyerahkan tanggung jawabnya sebagai ibu untuk membmbing dan membesarkan Wira kepada Prabu.
Dari segi penokohan, sanggup bikin gue membayang-bayang sosok yang diceritakan sama penulisnya. Terutama karena ciri-ciri yang disampaikan sangat rinci. Meskipun pada akhirnya tokoh Sekar kurang jelas siapa sesungguhnya orang tua kandungnya, karena dia sendiri diadopsi oleh mama angkatnya dari sebuah rumah sakit. Entah atas dasar alasan apa orang tua kandungnya juga tidak dideskripsikan sama penulisnya. Meskipun dalam hal ini adalah hak penulis seuntuhnya, mau dibawa kemana arah cerita yang ingin disampaikannya.
Sementara Laras yang akhirnya pergi entah kemana, justru memberikan dampak baik terhadap Prabu karena berkas-berkas tentang Wira telah diserahkan semuanya. Apalagi setelah tau bahwa Wira adalah darah daging Prabu, yang dibuktikan melalui tes DNA. Seperti penuh rasa percaya, laras menyerahkan tanggung jawabnya sebagai ibu untuk membmbing dan membesarkan Wira kepada Prabu.
Dari segi setting, cukup jelas, yaitu bertempat
di Jakarta.
Kemudian mengenai alur, yang dipakai adalah
alaur maju mundur. Semua kejadian yang terjadi sebelumnya dicetak dengan
huruf miring.
Mengenai blurb, sebenarnya menurut gue terlalu
menjelaskan isi secara keseluruhan, padahal lebih menarik kalau misalnya pembaca membiarkan penasaran. Tapi menyangkut diksi yang
ditulis pada blurb tersebut sangat menarik.
Kekurangannya: tanpa daftar isi, dan setiap
cerita hanya dipisahkan dengan menggunakan bagian satu, dua, dan seterusnya,
tidak menunjukan konflik yang terjadi pada sebuah bab.
Kelebihannya: buaanyakk banget. Yang paling
menonjol adalah Konfliknya. Karena pada dasarnya sebuah cerita dikatakan
menarik karena adanya konflik. Kalau itu gak ada, yah, gak bagus. Dan gue temukan
itu pada novel (Bukan) Salah Waktu.
Menyangkut ending, Sekar akhirnya berdamai
dengan keadaan, karena gak nyangka anak kecil yang pernah ditolongnya bernama
Wira adalah anak Prabu sendiri yang lahir dari rahim Laras. Dan itu seolah
menjadi alasan kuat bagi Sekar untuk berdamai dengan keadaan dengan memanfkan
Prabu atas masa lalunya.
Itu dulu yanag bisa ceritakan mengenai isi novel tersebut. Yang pasti, saat baca novel itu reaksi gue
kesal, terharu, juga nangis. Tapi nangisnya gak kenceng sampai didengar sama
tetangga, kok :)
Gue juga tenggelam sama cerita didalamnya. Walaupun gue sendiri belum nikah dan novel itu menceritakan tentang kehidupan orang yang sudah berrumah tangga. Pokoknya novel ini cocok buat ngisi kekosongan lo deh, dijamin gak nyesel.
Gue juga tenggelam sama cerita didalamnya. Walaupun gue sendiri belum nikah dan novel itu menceritakan tentang kehidupan orang yang sudah berrumah tangga. Pokoknya novel ini cocok buat ngisi kekosongan lo deh, dijamin gak nyesel.